Understanding of Oceanography
APAKAH
OCEANOGRAFI ITU? – Oceanografi
dapat di definisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari
lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah suatu ilmu yang murni, melainkan
perpaduan dari banyaknya ilmu-ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu lain yang
terkandung di dalamnya antara lain ilmu tanah (geology), ilmu bumi (geography),
ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayat (biology)
dan ilmu iklim (metereology). Namun demikian ilmu oceanografi biasanya
hanya dibagi menjadi empat cabang ilmu saja, yaitu:
- Fisika Oceanografi: Ilmu ini mempelajari hubungan antara sifat-sifat fisika yang terjadi dalam lautan itu sendiri dan yang terjadi antara lautan dengan atmosfer dan daratan. Hal ini termasuk dalam kejadian-kejadian seperti tenaga pembangkit psanag dan gelombang, iklim dan sistem arus-arus yang terdapat di lautan dunia.
- Geologi Oceanografi: Ilmu geologi penting artinya bagi kita dalam mempelajari asal lautan yang telah berubah lebih dari ber juta-juta tahun yang lalu. Termasuk di dalamnya adalah penelitian tentang lapisan kerak bumi, gunung berapi dan terjadinya gempa
- Kimia Oseanografi: Ilmu ini berhubungan dengan reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam dan di dasar laut dan juga menganalisa sifat-sifat dari air laut itu sendiri.
- Blologi Oseanografi: Cabang ilmu oseanografi ini sering dinamakan sebagai Biologi Laut. Di mana di sini dipelajari semua organisme-organisme yang hidup di lautan, termasuk hewan-hewan yang berukuran sangat kecil (plankton) dan juga hewan-hewan yang berukuran besar dan tumbuh-tumbuhan air.
Memang, salah satu cabang
oseanografi yang paling kritis saat ini dikenal sebagai oseanografi biologis. Tetapi
oseanografi bukan hanya tentang studi dan penelitian. Ini juga tentang
menggunakan informasi itu untuk membantu para pemimpin membuat pilihan cerdas
tentang kebijakan yang memengaruhi kesehatan laut. Pelajaran yang diperoleh
melalui oseanografi mempengaruhi cara manusia menggunakan laut untuk
transportasi, makanan, energi, air, dan banyak lagi.
Misalnya, nelayan dengan
Northwest Atlantic Marine Alliance (NAMA) bekerja sama dengan ahli kelautan
untuk lebih memahami bagaimana polutan mengurangi populasi ikan dan menimbulkan
risiko kesehatan bagi konsumen ikan. Bersama-sama, NAMA dan ilmuwan kelautan
berharap dapat menggunakan penelitian mereka untuk menunjukkan mengapa kontrol
polusi yang lebih ketat diperlukan.
Ahli kelautan dari seluruh dunia
sedang mengeksplorasi berbagai subjek seluas lautan itu sendiri. Misalnya, tim
ahli kelautan sedang menyelidiki bagaimana pencairan es laut mengubah pola
makan dan migrasi paus yang menghuni wilayah terdingin di lautan. Penjelajah
National Geographic Gabrielle Corradino, Anggota Perubahan Global Universitas
Negeri Carolina Utara 2017, juga tertarik pada ekosistem laut, meskipun di
lingkungan yang jauh lebih hangat. Corradino sedang mempelajari bagaimana
perubahan laut mempengaruhi populasi fitoplankton mikroskopis dan ikan yang
memakannya. Pekerjaan lapangannya termasuk lima minggu di Teluk Meksiko
menyaring air laut untuk menangkap fitoplankton dan protozoa—bagian terkecil,
tetapi terpenting, dari rantai makanan laut.
Tentu saja, oseanografi mencakup
lebih dari organisme hidup di laut. Cabang oseanografi yang disebut oseanografi
geologis berfokus pada pembentukan dasar laut dan perubahannya dari waktu ke
waktu. Ahli kelautan geologi mulai menggunakan teknologi GPS khusus untuk
memetakan dasar laut dan fitur bawah air lainnya. Penelitian ini dapat
memberikan informasi penting, seperti aktivitas seismik, yang dapat
menghasilkan prediksi gempa dan tsunami yang lebih akurat.
Sekitar 70 persen permukaan bumi
ditutupi oleh air. Hampir 97 persen dari air itu adalah air asin yang
berputar-putar di lautan dunia. Mengingat ukuran lautan dan kemajuan pesat dalam
teknologi, tampaknya tidak ada akhir dari apa yang dapat dan akan ditemukan
dalam ilmu oseanografi.
-
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU
OSEANOGRAFI
Manusia tertarik pada lautan
dapat ditinjau kembali pada permulaan zaman peradaban manusia, ketika
pengetahuan tentang dunia dibatasi pada negara-negara di mana kapal-kapal
pelaut dapat pergi dan kembali. Pada waktu itu bentuk dari peta sangat penting
artinya. Di mana bentuk peta ini menjadi makin tepat begitu pelayaran
menyeberangi lautan makin lama makin menempuh jarak yang jauh dan sering
dilakukan. Pada zaman Ptolemous, abad kedua sebelum Masehi, lautan Mediterania,
bagian Utara Afrika dan bagian pantai Selatan Asia daratan telah dipetakan
dengan sempurna. Pengetahuan tentang lautan juga turut berkembang pada arah
yang lain. Pada abad keempat sebelum Masehi seorang sarjana terkemuka bangsa
Junani, Aristoteles, telah melakukan suatu penelitian yang mendetail mengenai
hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan laut. Di mana dia secara cermat telah
menjelaskan dan mengklasifkasikan organisme-organisme tersebut. Akhirnya pada
abad kesatu sebelum Masehi, hubungan antara gerakan pasang dan letak dari bulan
talah dimengerti oleh manusia untuk pertama kali. Pengertian ini mendorong
manusia untuk mampu membuat ramalan yang tepat.
Gambar 1.1 Bentuk
peta-peta dunia (a) abad kelima sebelum Masehi; (b) abad ketiga sebelum Masehi
dan (c) abad kedua sebelum Masehi. (Weihaupt, 1979)
Pada Gambar 1.1 memeperlihatkan
kepada kita beberapa bentuk peta permulaan yang telah dibuat oleh sarjana
Eropa. Di sini terlihat bahwa bentuk peta-peta tersebut makin lama makin tepat
sesuai dengan makin banyaknya keterangan yang tersedia.
Manusia pada mulanya telah menggunakan pengalaman mereka tentang adanya perubahan iklim di lautan, sehingga dapat meman faatkannya sebagai sarana untuk berdagang. Keadaan di Laut Hindia misalnya, merupakan suatu daerah yang unik yang cocok untuk dipakai sebagai contoh. Angin musim yang bertiup dari arah tenggara pada waktu terjadi musim panas di belahan bumi utara dan akan bertiup dari arah yang berlawanan (Timur laut) pada waktu di belahan bumi sebelah Utara terjadi musim dingin. Hal ini memungkinkan kapal-kapal dengan peralatan pelayaran yang paling sederhana dapat menyeberangi lautan pada satu musim dan kembali pada musim berikutnya.
Pelayaran-pelayaran besar juga
sama pentingnya dalam meme takan garis pantai dan lautan-lautan dunia dalam
perkembangan sejarah berikutnya. Sebagai contoh, seorang bangsawan Portugis
Ferdinando Magelhaens telah mengadakan suatu pelayaran mengelilingi dunia pada
abad keempat belas setelah Masehi. Dia telah membuktikan, bahwa bumi ini
berbentuk bulat tidak datar seperti yang diperkirakan oleh orang banyak pada
waktu sebelumnya. Pada abad kedelapan belas seorang bangsa Inggris yang bernama
James Cook membuat seluruh peta dari Lautan Pasifik dan memperlihatkan adanya
sebuah daratan yang terletak pada bagian Selatan kutub yang selalu tertutup
oleh es. Beberapa ekspedisi oseanografi penting lainnya telah dilakukan oleh Challenger
(1872- 1875), Gazelle (1874-1876), Vitiaz (1886-1889) dan Meteor
(1925-1927), Ekspedisi Challenger khususnya, telah membuat sebuah bantuan
tambahan pengetahuan yang penting. Di mana mereka telah mengadakan pelayaran
sejauh 68.890 mil laut, membuat 492 kali pengukuran kedalaman, 133 kali
pengambilan contoh dasar laut dan mengumpulkan data-data iklim, arus laut, suhu
laut, komposisi air laut dan contoh-contoh sedimen dasar dan 362 stasiun penelitian
yang berbeda. Ekspedisi ini telah meng kan penelitian yang lama dan beberapa
kali di perairan Asia Tengara.
Pada saat ini ilmu oseanografi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkembang secara cepat dan membutuhkan ongkos yang mahal dan yang sering bersangkutan dengan kerja sama internasional. Kapal-kapal penelitian oseanografi sekarang, telah dilengkapi dengan alat-alat yang rumit yang dapat mengumpulkan data-data fisika, kimia dan biologi secara tepat dan jelas. Tahun-tahun belakangan ini merupakan perkembangan dari kapal-kapal yang sering mengadakan penelitian di bawah permukaan air, bahkan sekarang sudah banyak dijumpai adanya laboratorium di bawah air yang sifatnya permanen. Keterangan-keterangan dari satelit yang selalu mengelilingi bumi juga menjadi begitu penting artinya dalam melengkapi data-data tentang gejala arus laut dan pertukaran panas. Di mana hal ini merupakan suatu pekerjaan yang sulit untuk dilakukan dimasa yang lalu. Namun demikian perlu ditekankan, bahwa ilmu oseanografi merupakan suatu ilmu yang relatif masih muda, di mana masih banyak hal-hal lain yang harus dipelajari. Akhirnya kita harapkan semoga ilmu ini akan kembang secara cepat di waktu yang akan datang ini.
-
PENELITIAN OSEANOGRAFI DI
INDONESIA
Penelitian osegnograti di
Indonesia pertama kali dimulai pada talhun 1904 ketika Koningsbenser mendirikan
sebuah laboratorium perikanan di Jakarta, Pada tahun 1919, laboratorium ini
dirubah menjadi sebuah laboratorium Biologi Laut. Setelah ini mengalami
beberapa kali perubahan nama mulai dari Lembaga Penelitian Laut, menjadi
Lembaga Sumber Lautan, dan lalu berubah menjadi Lembaga Penelitian Laut yang
akhirnya pada tahun 1970 berubah nama menjadi Lembaga Oseanologi Nasional.
Lembaga ini sekarang sudah mempunyai sebuah stasiun penelitian yang berjalan
dengan baik. Di mana dilengkapi dengan peralatan laboratorium dan kapal-kapal
peneliti yang telah melakukan beberapa kali penelitian terhadap kondisi
perairan di sekitarya. Di antara aktivitas-aktivitas ini antara lain adalah
ekspedisi Rumphius telah melakukan serangkaian penelitian. Lembaga ini
juga mempunyai sebuah laboratorium lapangan di Pulau Pari yang merupakan salah
satu bagian dari kepulauan Seribu yang terletak di Teluk Jakarta.
keren
BalasHapus