Mempelajari Kepiawaian Dalam Membaca Peta

 



Mengenal Kepiawaian atau Keterampilan dalam Membaca Peta – Kepiawaian membaca sebuah peta dan pemahaman terhadap kompas serta cara penggunaannya menjadi mendasar dan perlu untuk dipelajari. Apa itu navigasi? Navigasi adalah cara seseorang untuk menentukan arah dan posisi suatu perjalanan, baik di peta maupun pada saat di medan yang sebenarnya. Oleh karena itulah pengetahuan bernavigasi seperti peta dan kompas serta teknik menggunakannya perlu untuk dipelajari.

Kepiawaian atau keterampilan ini bakal berguna untuk banyak hal, seperti ketika sedang berpegian ke tempat yang jauh dan asing. Selain itu, pengetahuan bernavigasi juga sangat diperlukan dalam upaya pertolongan korban-korban bencana alam, seseorang yang tersesat di hutan, dan korban pesawat jatuh.

Peta topografi adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan atau skala tertentu. Penyusunan peta semakin lama akan terus berkembang, tentunya menyesuaikan dengan penggunaan dan kebutuhannya. Umumnya peta ini digunakan untuk keperluan navigasi darat dan memiliki skala tertentu.

Dalam peta ini, tempat-tempat di permukaan bumi yang memiliki ketinggian sama dengan permukaan laut akan digambarkan dalam bentuk garis-garis kontur, satu garis kontur diartikan mewakili satu ketinggian. Meskipun peta topografi memetakan setiap interval ketinggian tertentu, tetapi tetap disertakan juga berbagai keterangan untuk membantu mengetahui lebih jauh mengenai daerah permukaan bumi yang dimaksud pada peta tersebut. Keterangan-keterangan itu disebut sebagai legenda peta.

Keterampilan Membaca Peta

Ketika melihat pada sejarah, kita akan mendapati bahwa perkembangan peta topografis sebagian besar sudah dipergunakan dalam kebutuhan militer. Pada saat ini, pelatihan terkait pembacaan peta menjadi hal yang sangat penting untuk menambah keahlian.

Selain digunakan untuk militer, kini peta juga banyak digunakan oleh warga sipil untuk kepentingan yang bersifat untuk mengarahkan ke suatu tujuan atau tempat (navigasi).

1. Membaca Garis Kontur

Menurut survei bidang arkeologi, peta topografi sangat berguna untuk memeroleh gambaran umum mengenai suatu wilayah yang sedang diteliti. Contohnya ketika kondisi medan survey yang berat, maka peta yang sudah ada dapat dipakai untuk membantu memplotkan temuan arkeologis tersebut. Pemetaan tersebut, meskipun hanya bersifat sementara, sangat efektif untuk menyimpan dan menyelamatkan data arkeologis (Hascaryo dan Sonjaya 2000: 1).

  • Punggungan gunung, merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U. Ujung dari huruf U menunjukan tempat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya.
  • Lembah atau sungai, merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V dalam keadaan terbalik) dan dengan ujung yang tajam.
  • Daerah landai datar dan terjal curam, daerah datar atau landai ditandai dengan garis kontur yang jarang, sedangkan daerah terjal atau curam ditandai dengan garis kontur yang rapat.

2. Menghitung Harga Interval Kontur

Belum ada rumus baku dalam menghitung interval kontur. Akan tetapi ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yaitu sebagai berikut:

  • Cari dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Contohnya titik titik B dengan C, hitung selisih antar tinggi dari keduanya
  • Hitung jumlah kontur antara A dan B
  • Bagilah selisih ketinggian antara A-B dengan jumlah kontur antara A-B hasilnya adalah interval kontur.

3. Utara Peta

Pada saat melihat peta topografi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari utara peta tersebut. Kemudian melihat pada judul peta, biasanya judul peta selalu berada di bagian utara dan bagian atas dari peta tersebut. Ada tiga arah utara yang perlu dipahami sebelum menggunakan kompas dan peta, karena hal tersebut tidak berada dalam satu garis. Tiga arah utara tersebut adalah:

  • Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.
  • Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.
  • Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah separuh), yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu berubah pada tiap tahunnya, dari barat ke timur ataupun dari timur ke barat. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh rotasi bumi. Ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan penyimpangan sudut, antara lain:
  • Penyimpangan sudut antara US – UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Utara Sebenarnya (US) akan menjadi patokan.
  • Penyimpangan sudut antara US – UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. l Utara sebenarnya (IS) akan menjadi patokannya. Penyimpangan antara sudut UP dengan sudut UM akan berbalik ke arah timur maupun ke arah barat, itu disebut sebagai Deviasi atau Ikhtilaf Utara Peta-Utara. Patokannya adalah Utara Pela f71′) dan diagram sudut digambarkan.

4. Mengenal Tanda Medan

Untuk keperluan orientasi, harus digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang terlihat mencolok di lapangan supaya mudah dikenali pada peta, itu disebut sebagai tanda medan dan terdapat pada legenda peta. Ada beberapa tanda medan yang terdapat di dalam beta yang bisa dibaca sebelum berangkat menuju lapangan, yaitu:

  • Lembah antara dua puncak
  • Lembah yang curam
  • Persimpangan jalan atau ujung desa
  • Perpotongan sungai dengan jalan setapak
  • Percabangan da kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain
  • Untuk daerah yang datar dapat digunakan, persimpangan jalan dan percabangan sungai, jembatan dan lain-lain.

5. Membaca Koordinat

Membaca koordinat peta, pahami dulu koordinat geografis. Koordinat geografis sendiri umumnya membaca koordinat peta yang sering digunakan di Indonesia. Melalui koordinat geografis inilah maka akan menentukan suatu titik dengan mengandalkan dua buah garis, yaitu garis bujur dan garis lintang.

Cara menyatakan koordinat dua cara, yaitu Menentukan koordinat. Ini dilakukan di atas peta dan bukan di lapangan. Penunjukan koordinat ini menggunakan:

  • Sistem Enam Angka, misalnya:  Koordinat titik A (374:622), titik B (377:461)
  • Cara Delapan Angka, misalnya: koordinat titik A (3740:6225), titik B (3376:4614)
  • Cara Koordinat Geografis, Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 44′ 27,79″. Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta.

6. Sudut Peta

Cara menghitung sudut peta adalah dari utara peta ke arah garis sasarannya dan searah dengan jarum jam. Pada perhitungan ini, sistem azimuth (0° – 360°) dipakai untuk pembacaan sudut. Sistem ini adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dapat diukur atau dihitung sesuai dengan arah jarum jam dari satu garis yang tetap yaitu arah utara.

Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan. Berdasarkan sudut kompasnya, sistem perhitungan sudut akan dibagi menjadi dua.

7. Susunan Peta

Susunan Peta merupakan media untuk menyimpan dan menyajikan informasi tentang rupa bumi dengan penyajian pada skala tertentu. Agar mudah dalam melakukan pencarian dan pengelolaan, dibuatkan indeks peta dalam bentuk grafis ataupun teks. Gambar unsur-unsur rupa bumi pada skala tertentu tidak bisa selalu disajikan sesuai dengan ukurannya, karena terlalu kecil untuk digambarkan.

Bila unsur-unsur tersebut dirasa penting dan perlu disajikan, maka penyajiannya akan menggunakan simbol-simbol gambar tertentu. Hal ini dimaksudkan agar peta mudah dibaca sekaligus mudah dipahami, maka aneka ragam informasi peta ddi peta dengan skala tertentu harus digambarkan atau disajikan dengan cara-cara tertentu.

  • Warna: digunakan untuk membedakan berbagai objek, misalnya jalan, sungai, rel dan lain-lainnya.
  • Daftar kumpulan simbol pada suatu peta disebut legenda peta : digunakan untuk membedakan atau merinci lebih jauh dari simbol suatu objek, misalnya warna batupasir pada Peta Geologi berwarna kuning, batu lempung berwarna hijau dan lainnya.
  • Kumpulan simbol dan notasi pada suatu peta biasa disusun dalam satu kelompok legenda peta yang selalu disajikan dalam setiap lembar peta.
  • Unsur legenda peta biasa dilakukan agar memudahkan pembacaan dan interpretasi berbagai peta oleh berbagai pemakai dengan berbagai keperluan.
  • Suatu peta bernilai informasi tinggi jika di dalamnya memuat unsur-unsur, di antaranya adalah; skala peta, informasi ketinggian (atau kontur), informasi arah (biasanya utara peta), koordinat, legenda, indeks peta, serta unsur-unsur lain yang dipandang perlu.

8. Koordinat Peta

Di dalam peta yang umum kita jumpai, kita mendapatkan nilai koordinat peta dalam beberapa sistem seperti koordinat Bessel, koordinat UTM serta koordinat lokal. Peta geologi atau peta topografi yang sering digunakan di Indonesia kebanyakan menggunakan sistem koordinat UTM. Namun ketika melakukan pengukuran secara langsung di lapangan menggunakan alat ukur yang disebut theodolite, umumnya koordinat yang digunakan adalah koordinat lokal.

Jika ingin mengubah menjadi koordinat UTM dari koordinat lokal, maka pada bagian awal pengukuran, saat proses pembuatan polygon, sebelum Langkah tersebut harus dikaitkan dengan satu titik tetap atau benchmark yang posisi koordinat UTMnya sudah diketahui. Jika sudah terjadi hal tersebut, maka koordinat UTM dapat dilakukan.

9. Orientasi Peta

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan yang sebenarnya. Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Caranya adalah melakukan pencocokan nama sungai, desa, puncakan, dan lain-lain. Jadi minimal sudah tau posisinya ada dimana. Orientasi ini berfungsi untuk memperkirakan apakah posisi anda sudah benar.

Diusahakan mencari tempat yang memiliki pemandangan terbuka, supaya langkah-langkah orientasi yang dilakukan pada peta memperlihatkan tanda-tanda yang mencolok. Pertama, siapkan peta serta kompas, kemudian letakan di bidang datar. Selanjutnya utarakan peta yang berpatokan dengan kompas, maka arah peta akan sesuai dengan medan yang sebenarnya.

Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan. ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya.

10. Titik Triangulasi

Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi, titik ini adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak. Titik ini akan memperlihatkan tinggi mutlak dari suatu tempat dari permukaan laut. Macam-macam titik triangulasi:

  • Titik Primer, 1′.14 titik ketinggian gol. I, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
  • Titik Sekunder, S.45, titik ketinggian gol. II, No.45, tinggi 2340 mdpl. 2340
  • Titik Tersier, 7:15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
  • Titik Kuarter, Q20 , titik ketinggian gol.IV No. 20, tinggi 875 mdpl 875
  • Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl 670
  • Titik Kadaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.I 31, tg 1202 mdpl 7202
  • Titik kadaster Kuater, K.Q 1212, titik ketinggian Kadaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl 1993

11. Menggunakan Peta

Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal dan titik akhir akan di plot di peta. Sebelum berjalan catatlah hal-hal berikut:

  • Koordinat titik awal (A)
  • Koordinat titik tujuan (B)
  • Sudut peta antara A – B
  • Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A – B
  • Berapa panjang lintasan antara A – B dan berapa – waktu yang dibutuhkan. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.
  • Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan peta
  • Gunakan kompas untuk melihat arah kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum
  • Perkirakan berapa jarak lintasan. Misalnya, medan datar 5 km ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit, Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan
  • Selalu waspada dan juga memerhatikan jika ada perubahan arah perjalanan dan perubahan kondisi medan, menyebrangi ujung lembah, menyeberangi sungai dan lainnya-lainnya.
  • Cara membuat lintasan sebenarnya pada peta adalah dengan membuat garis jalan secara horizontal dan vertikal, dengan disesuaikan pada skala peta. Kemudian gambar lintasan tersebut pada peta sehingga memperlihatkan bentuk peta dan penampang, sekaligus kemiringan lintasan. Untuk Panjang lintasan, cara mengukurnya yaitu dengan menggunakan skala pada peta, maka akan mendapat panjang sebuah lintasan yang sebenarnya.

12. Garis Kontur

Garis kontur adalah salah satu unsur yang terbilang penting dalam peta topografi, garis kontur adalah informasi mengenai ketinggian atau elevasi suatu tempat terhadap rujukannya. Jika ingin menyajikan variasi dari ketinggian suatu tempat dalam peta topografi, cara yang paling umum adalah dengan menggunakan garis kontur atau contour line.

Garis kontur adalah garis yang berfungsi untuk menghubungkan titik satu dengan titik lainnya yang memiliki ketinggian yang sama. Garis kontur +25 m, memiliki arti bahwa garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian yang sama, yaitu +25 m terhadap referensi tinggi tertentu.

Pembentukan garis kontur dapat dilakukan dengan membuat proyeksi tegak garis-garis yang menjadi perpotongan bidang mendatar, dengan permukaan bumi ke dalam bidang mendatar pada peta. Dikarenakan peta pada umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis konturnya ini juga akan mengalami pengecilan sesuai dengan skala yang dibuat untuk peta tersebut.




Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer